24 Juli 2008

Ilmuwan belum dapat mendefinisikan kehidupan yang hampir “diciptakannya”


Pada musim panas tahun ini, para ilmuwan dari J.Craig Venter Institute, mengubah suatu DNA bakteri dengan unsur yang lain. Komposisi gen bakteri yang telah diubah menarik perhatian dunia. Sebab hal ini menunjukkan bahwa kemampuan manusia mengendalikan kehidupan sedang mendekati saat yang dapat “menghasilkan kehidupan”. Namun ketika ilmuwan mempelajari dari sudut biologi, astronomi dan ilmu robot dan berbagai bidang lainnya, satu soal penting yang perlu dijawab adalah : “Apa itu kehidupan yang sesungguhnya?”

Berusaha mencari kehidupan
Pada 19 Agustus lalu kantor berita AP melaporkan, menyelidiki misteri kehidupan tidak lagi hanya masalah bidang filsafat, ilmuwan sekarang juga sedang menjalankan kehidupan, mencari kehidupan di planet lain, bahkan membuat kehidupan dalam tabung percobaan. Selain itu, mereka tengah berusaha membuat definisi kehidupan.

Pada Juni lalu, sejumlah peneliti AS mengganti suatu komposisi gen bakteri dengan suatu mikroba, dan sejumlah ilmuwan lainnya juga tengah mencoba membuat kehidupan awal di ruang ini. Ilmuwan dari NASA juga tengah mencari kehidupan di antariksa, namun demikian mereka “belum” dapat memastikan bagaimana kehidupan yang akan mereka cari ini. Selain itu, sejumlah ilmuwan mendatang juga tengah mempelajari apakah jika robot memiliki kemampuan selayaknya manusia nantinya, apakah mesti di anggap sebagai suatu bentuk kehidupan?

Karena itu, ketika para ilmuwan menyelidiki kehidupan berdasarkan biologi, astronomi dan pengetahuan robot, satu soal penting muncul seketika : apa itu kehidupan yang sesungguhnya? dan soal ini kembali di kemukakan lagi karena perkembangan percobaan kehidupan belakangan ini.

Di distrik peluaran kota Washington musim panas tahun ini, para ilmuwan dari J.Craig Venter Institute, AS, mengubah suatu DNA bakteri dengan yang lain, sehingga dengan demikian mengubah komposisi gen bakteri. Hasil percobaan ini memberitahu kepada dunia, bahwa kemampuan manusia mengendalikan kehidupan tengah mendekati hasil menciptakan kehidupan.

Di dunia, sedikitnya terdapat 6 tim peneliti berbeda yang mencoba menghasilkan dan meniru kehidupan awal di atas bumi dengan menggunakan zat kimia. Mereka memprediksikan, bahwa jarak keberhasilan dalam menciptakan kehidupan seperti ini masih sekitar 3-10 tahun.

”Salah satu ahli yang mencoba menciptakan kehidupan, yakni profesor David Deamer dari Santa Cruz Universitas Kalifornia mengatakan : “menurut kami, asal muasal kehidupan berikutnya akan terjadi di laboratorium seseorang”, yaitu “wet artificial life”. Namun ketika ditanya apa itu kehidupan, Deamer mengatakan lebih baik menguraikan kehidupan bukan mendefinisikannya : “sekarang kita mungkin belum menguasai pengetahuan yang cukup untuk menjawab soal ini, namun kita tahu akan berusaha dari orientasi-orientasi itu.”

Beberapa bulan lalu, komite “weird life” lembaga ilmu pengetahuan AS menyiarkan sebuah laporan, memperingatkan NASA untuk tidak terlalu fokus dari sudut air dalam mencari kehidupan. Peringatan ini seakan-akan mengingatkan ilmuwan sekarang bahwa kehidupan di antariksa mungkin eksis dalam bentuk yang tidak sama dengan pengetahuan kita saat ini.

Misalnya, hasil penelitian profesor geologi dari Universitas Washington, Dirk Schulze-Makuch yang meneliti organik dibawah lingkungan yang ekstrem menunjukkan, bahwa sejumlah kehidupan yang dulu pernah dianggap tidak bisa eksis dibawah “prasyarat” yang extrim itu ternyata dapat eksis, misalnya sebuah sungai di Spanyol yang keasamannya lebih tinggi dari ambang batas ketentuan dan danau tutupan es di kutub selatan, dimana tingkat “keganasan” dibawah prasyarat ini juga tidak kalah ketatnya dengan prasyarat di luar angkasa tertentu.

Menurut Schulze Makuch, orang-orang kerap menyamakan kehidupan di bumi dengan kehidupan di luar angkasa, misalnya kehidupan di planet Mars. Dalam kehidupan di bumi, garam adalah zat cair inheren dalam sel aktif. Sedang cuaca di planet Mars sepertinya terlalu dingin terhadap sel ini, jika zat cair inheren mengandung air dan zat gabungan hydrogen dioxide, mungkin kehidupan akan berkembang biak disana. Air dan zat gabungan dapat memberikan sedikitnya 3 manfaat yang jelas bagi organik dibawah lingkungan yang kering dan dingin planet Mars. Titik bekunya adalah 56.6 derajat dibawah nol celcius (suhu konkretnya tergantung pada kepadatan hydrogen dioxide), karena itu, dibawah suhu yang ekstrem rendah tetap bisa eksis dalam keadaan cair. Meski menjadi keras di bawah suhu rendah, juga tidak akan menjadi kristal yang dapat merusak sel, namun es yang terbentuk dari air dapat merusak sel, selain itu, hydrogen dioxide memiliki higroskopisitas (sifat menyerap basah), ini berarti ia dapat menyerap uap air dari atmosfer. Dan ini merupakan satu ciri berharga yang eksis di atas planet yang tidak mudah untuk mendapatkan zat air.

Selain itu, komite weird life mengkhawatirkan ilmuwan sekarang saat mencari kehidupan luar angkasa, mungkin terlalu berpusat pada bumi. “Ketika meluas hingga ke tata surya mencari kehidupan, yang terpenting adalah tahu persis apa yang sedang dicarinya”. Disamping itu, laporan tersebut juga mendesak NASA bahwa saat mencari kehidupan di luar angkasa jangan selalu “memfokuskan” pada karbon, meski karbon kerap disebut sebagai penyangga kehidupan bumi.

Namun, jika karbon bukan materi mutlak kehidupan, lalu bagaimana dengan silikon? Atau dengan kata lain robot ?

Seorang ilmuwan masa depan yang terkemuka, Ray Kurzweil mengingatkan orang-orang, seperti misalnya Bill Gates, menurutnya, sampai pada 2029 nanti, dimana melalui percobaan utama inteligensi buatan, robot akan menjawab pertanyaan seperti layaknya seorang manusia.

“masalah utamanya terletak pada, jika bukan individual organisme, apakah menikmati hak yang sesungguhnya, apakah punya persepsi atau emosi ?” ini bukan saja pemikiran Kurzweil, banyak ilmuwan yang memiliki tantangan dan tahu dengan definisi kehidupan mengatakan, bahwa jawaban-jawaban ini tidak mudah ditemukan.” demikian lanjutnya.

Ahli teori Biologi dari Universitas Pennsylvania, Art Caplan mengatakan : “hampir selama 400 tahun ini, ‘apa itu kehidupan’ menjadi soal inti kalangan biologi”. Menurutnya, ini menyebabkan semakin banyak Teologi, apakah kehidupan itu unik, dan apakah kita umat manusia itu istimewa.

Kehidupan buatan
Times of India melaporkan, sejumlah ilmuwan di dunia tengah mencoba menciptakan bentuk kehidupan awal, dan menyatakan bahwa jarak dalam keberhasilan terkait sudah tidak lama lagi.

Para ahli memperkirakan, dalam kurun waktu 3-10 tahun ke depan, akan ada pengumuman tentang kehidupan dari bidang “wet artificial life” yang diciptakan ilmuwan.

Salah satu dari para ilmuwan yang turut serta dalam “perlombaan” kehidupan ini, yakni Mark Bedau dari kantor operasional Protolife Venice, Italia, mengatakan : “ini adalah peristiwa yang sangat penting, dan setiap orang harus mengetahuinya”.

Sel pertama yang menyenyawakan kehidupan adalah terbuat dari zat kimia dasar DNA, sepertinya tidak terbayangkan bagi mereka yang bukan berkecimpung dalam bidang pengetahuan, sebab DNA ini baru dapat anda lihat di bawah mikroskop, apalagi senyawanya.

Bedau mengatakan: “ membuat sel dasar kemungkinan menghasilkan kehidupan yang baru di alam semesta kita. Ini akan memecahkan satu diantara sejumlah kecil soal misterius. Dan ia berhubungan dengan munculnya alam semesta dan status manusia.”

Sumber : AP, Times of India, NASA, today mars.com. (Sumber Dajiyuan)
(http://www.dajiyuan.com)
http://www.epochtimes.com/gb/7/8/23/n1810734.htm

Tidak ada komentar: